Jumaat, 22 Julai 2011

CATATAN TENTANG PUISI 1


by Andi Magadhon on Sunday, February 6, 2011 at 6:06am
(BUAT WACANA,SENGAJA AKU CATATKAN)

Rene Wellek, sejarah sastra di pecah menjadi 3;

1. Teori sastra
2. Kritik sastra
3. Sejarah sastra

Kesusastraan di suatu bangsa dari waktu ke waktu akan mengalami perkembangan,dengan demikian sastra itu tak lain dari rangkaian atau jajaran periode-periode sastra. Periode di kemukakan oleh Wellek; sebuah bagian waktu yang di kuasai oleh sesuatu sistem norma-norma sastra,standar-standar sastra dan konvensi-konvensi sastra yang kemunculannya,penyebarannya,ke​beragamannya,integrasi dan kelenyapannya dapat di runut. (angkatan)

Ctt; situasi dan kondisi tertentu,menyebabkan lahirnya gagasan baru,lalu di ikuti pengikut baru!.

Ciri intrinsik karya sastra (fiksi);

1. Genre (aliran/jenis sastranya)
2. Pikiran
3. Perasaan
4. Gaya bahasa
5. Gaya penceritaan
6. Stuktur penceritaan (alur)
7. Penokohan
8. Latar
9. Sarana-sarana sastra (Suspen,humor dsb)

Ciri Intrinsik puisi

1. Gaya bahasa sajak
2. Pengungkapan
3. Pilihan kata
4. Bahasa kiasan
5. Citraan Imajinasi
6. Sarana retorika
7. Irama/bunyi
8. Ide/gagasan/tema
9. Perasaan/emosi

Sastrawan jenius selalu membawa gagasan sastra baru dan banyak mendapat pendukung (matang berkreasi), karena kodratnya,selalu ingin menciptakan sesuatu yang baru. Dengan demikian,mereka akan menciptakan karya sastra dengan menyimpang dari ciri-ciri sastra yang telah ada, baik dalam ekspresi seni,konsep seni,stuktur estetiknya,maupun dalam bidang masalahnya,pandangan hidup,filsafat,pikiran dan perasaan,jadi tegasnya lagi, karya baru itu,baik ciri intrinsiknya,ekstrensiknya,nil​ai estetik dan ekstra estetiknya.

Ciri intrinsik karya sastra meliputi 2;

1. Stuktur estetik
(alur,Penokohan,latar,pusat pengisahan,gaya bercerita,gaya bahasa)
2. Ekstra estetik
(Bahan-bahannya,seperti
problem/masalah,pemikiran,fils​afat,pandangan hidup,gambaran
kehidupan dsb)

Periode Balai Pustaka (1920-1940)

Ciri stuktur estetik

1. gaya bahasa perumpamaan,klise,pepatah,peri​bahasa,bahasa hikayat sastra lama
2. alur roman,alur lurus
3. teknik penokohan/perwatakan banyak dipergunakan analisis langung dan diskripsi fisik tokoh-tokohnya berwatak datar
4. pusat pengisahan orang ketiga yang bersifat romantik ironik,pelaku-pelakunya (cerita) diperlakukan seperti boneka,contohnya siti nur baya
5. banyak digresi,yaitu banyak sisipan-sisipan peristiwa yang tidak langsungberhubungan dengan inti cerita,seperti uraian adat,dongeng.syair,pantun dan nasehat.
6. bersifat didaktis, sifat ini berpengaruh sekali pada gaya penceritaan dan stuktur penceritaannya untuk memberi nasehat kepada pembaca
7. bercorak romantis dan melarikan diri dari masalah kehidupan yang yang menekannya

Ciri ekstra estetik

1. masalah mengenai adat,kawinpaksa,permaduan dsb
2. pertentangan paham kaum orang tua dan muda
3. latar cerita,umumnya,latar daerah,pedesaan
4. cerita bermain di zaman sekarang,bukan di zaman entah berantah
5. cita-cita kebangsaan belum dipermasalahkan,masih kedaerahan

Periode Pujangga Baru 1930-1945

Ciri stuktur estetik Puisi

1. puisi baru,bukan pantun dan syair lagi,jenis barunya,soneta berasal dari barat,juga balada
2. pilihan kata-katanya di warnai dengan kata-kata nan indah
3. bahasa kiasan utama ialah perbandingan
4. bentuknya simetris,ini pengaruh puisi lama,ada perioditas dari awal sampai akhir sajak,pada umumnya terdiri dari dua periodus dua kata
5. gaya ekspresi aliran romantik tampak dalam gaya pengucapan,perasaan,pelukisan alam dsb
6. gaya sajaknya diafan atau polos,hubungan antara kalimat jelas,kata-katanya serebal,hampir tak di gunakan kata-kata ambigu seperti simbolik dan metafora implisit
7. persajakan (rima) merupakan salah satu kepuitisan utama

Ciri struktur Prosa

1. alurnya lurus
2. teknik perwatakan sudah mulai dengn warna bulat;teknik perwatakan tidak dianalisis langsung seperti roman balai pustaka,diskripsi fisik sedikit.
3. tidak banyak digresi membuat alurnya lebih erat
4. pusat pengisahan orang ketiga obyektif
5. gaya romantik
6. gaya bahasa tidak klise,pepatah dan peribahasa

Ciri ekstinsik/ekstra esteik

1. masalah/problem berpusat pada kota,misal emansipsi,pekerjaan,individu dsb
2. ide nasional dan cita-cita kebangsaan banyak mewarnai
3. bersifat didaktis

Periode Angkatan 45 (1940-1955)

Ciri stuktur estetik puisi

1. puisi bebas,tak terikat pembagian bait,jumlah baris dan persajakan rima
2. gayanya ekspresionis
3. aliran dan gaya realisme
4. pilihan kata (diksi) mencerminkan pengalaman bathin yang dalam dan untuk intensitas arti; mempergunakan kosakata bahasa sehari-hari sesuai dengan aliran realisme.
5. bahasa kiasan yang dominan metafora dan simbolik;kata-kata,frasa dan kalimat-kalimat ambigu menyebabkan arti ganda dan banyak tafsir
6. gaya sajaknya prismatis dengan kata-kata yang ambigu dan simbolik,hubungan baris-baris dan kalimat-kalimatnya implisit
7. gaya penghayatan pikiran berkembang (nantinya gaya ini berkembang menjadi gaya sloganis)
8. gaya ironis dan sinisme menonjol

Ciri stuktur estetik prosa

1. banyak alur sorot balik dari alur lurus
2. digresi di hindari,alurnya padat
3. perwatakan/penokohan; analisis fisik tidak di pentingkan,yang ditonjolkan analisis kejiwaan,tetapi tidak dengan analisis langsung,melainkan dengan cara dramatik,dengan arus kesadaran percakapan antar tokoh.
4. gaya ironi dan sisnisme
5. gaya realisme dan naturalisme,menggambarkan kehidupan sewajarnya secara mimetik

Ciri ekstra estetik puisi

1. individual menonjol,dalam arti,kesadaran kepada keberadaan pribadi terpancar kuat dalam periode ini
2. mengekspresikan kehidupan bathin/jiwa manusia lewat peneropongan bathin sendiri
3. mengemukakan masalah kemanusiaan (Humanisme universal),missal kesengsaraan dan hak asasi
4. masalah/problem, mengemukakan kepincangan masyarakat,status sosial dsb
5. filsafat eksistensialisme mulai dikenal atau merambah

Ciri ekstra estetik prosa (hampir sama puisi)

1.mengemukakan problem masyarakat
2.mengemukakan masalah kemanusiaan
3.mengemukakan pandangan hidup dan pikiran individu (memecahkan
masalah)
4. latar cerita, latar peperangan/konflik dan masyarakat sehari-hari

Periode Angkatan 50 (1950-1970)

Ciri stuktur estetik puisi

1. gaya epik (bercerita) berkembang dengan berkembangnya puisi cerita atau balada,dengan gaya bahasa lebih sederhana dari puisi lirik
2. gaya mantra mulai tampak
3. gaya ulangan mulai berkembang(meskipun sudah dimulai angkatan 45)
4. gaya puisi liris pada umumnya (masih meneruskan angkatan 45)
5. gaya slogan dan retorik makin berkembang

Ciri ekstra estetik puisi

1. ada penggambaran suasana muram,menggambarkan kehidupan muram
2. mengungkapkan masalah-masalah sosial,kemiskinan,pengangguran​ dsb
3. banyak mengemukakan cerita dan kepercayaan rakyat sebagai pojok sajak balada

Prosa

1. cerita perang berkurang
2. menggambarkan masyarak sehari-hari
3. kehidupan daerah dan kota mulai digarap
4. banyak mengemukakan pertentangan politik

Periode Angkatan 70:1965 –sekarang (1984)

Ciri struktur estetik puisi

1. bergaya mantra,menggunakan kepuitisan khusus berupa,ulangan kata,frase,kalimat paralelisme,kombinasi dengan hiperbola dan enumerasi untuk mendapatkan efek sebanyak-banyaknya. Di eksploitasi tipografi sugestif. Di pergunakan kata-kata nonsens yang rupa kata tak berarti,mengejar bunyi,kata di putus-putus di balik secara metatesis suku katanya, di ulang berkali-kali salah satunya. (semua itu untuk mendapatkan makna baru)
2. digunakan kata-kata daerah secara menyolok untuk memberi warna lokal dan ekspresivitas
3. dipergunakan asosiasi-soasiasi bunyi untuk mendapatkan warna baru
4. puisi-puisi imajisme menggunakan teknik tak langsung berupa gambaran-gambaran (imaji) dengan lukisan atau cerita kiasan
5. gaya penulisan prosais,ini berhubungan dengan gaya puisi imajisme
6. puisi lugu,mempergunakan teknik pengungkapan ide secara polos,dengan kata-kata serebal,kalimat-kalimat biasa/telanjang

Ciri stuktur estetis prosa

1. alur berbelit-belit
2. gaya simbolik surealistik
3. sarana retorika hiperbola dominan
4. pusat pengisahan orang ke tiga romantik ironik
5. cerkan bergaya esai,mengemukakan tanggapan-tanggapan pribadi terhadap masalah (novel esai)

Ciri ekstra estetik puisi

1. mengemukakan kehidupan bathin religius cenderung ke mistik
2. cerita,lukisan bersifat alegoris atau parabel
3. menuntut hak asasi kebebasan,hidup merdeka,bebas dari penindasan,menuntut kehidupan layak,bebas dari pencemaran kehidupan
4. mengemukakan kritik sosial,kritik penyelewengan.

Ciri ekstra esteik prosa (termasuk Drama)

1.mengekplotasi kehidupan manusia sebagi individu,bukan sebagai mahluk komunal
2. mengemukakan kehidupan absurd
3. mengemukakan filsafat eksistensial
4. mengedepankan warna lokal (sub-kultur),latarbelakang kebudayaan lokal dsb
5. mengemukakan tuntutan hak asasi untuk bebas dan merdeka dsb

Kotemporer

Pengekpoitasian seksual,tubuh!.

SEJARAH PERPUSIAN INDONESIA

Penyair selama ini menulis puisi berdasarkan konvensi-konvensi yang telah ada sebelumnya,tetapi sekaligus juga sering menyimpangi konvensi yang telah ada atau pun norma puisi sebelumnya (karya sastra tidak lahir dari kekosongan budaya-ketegangannya pada inovasi dan konvensi)

Periode puisi

Periode puisi adalah bagian waktu yang di kuasai oleh norma-norma sastra dan konvensi-konvensi sastra yang munculnya,meluasnya,keberbagia​nnya,integrasinya,dan lenyapnya dapat di runut.

Masih ciri puisi pujangga baru, ekstrinsik dan estetik (analisis HB Jasin)

1.problem kehidupan masyarakat,kota,percintaan,mas​alah individu dsb
2. ide nasionalis dan cita-cita kebangsaan mengisi sajak-sajak pujangga baru
3.ide keagamaan menonjol
4.curahan perasaan/curahan juwa tampak kuat;gembira,sedih,kecewa dsb
5.sifat di daktis tampak kuat

Ciri angkatan 45 struktur estetik

1.Puisinya puisi bebas,tidak terikat bait,jumlah baris dan persajakan
2. gaya ekpresionis
3.aliran dan gaya realisme
4.diksi sarana penting untuk mencerminkan pengalaman bathin yang
dalam dan untuk intensitas arti mempergunakan kosa kata bahasa sehari-
hari sesuai aliran realisme
5.bahasa kiasan dominan metafora dan simbolik;kata frase,kalimat ambigu
menebabkan arti ganda (banyak tafsir)
6. sesuai ciri 5 gaya sajaknya prismatis dengan kata-kata ambigu dan
simbolik,hubungan baris sajak dan kalimat implisit.
7.gaya pernyataan pikiran berkembang (nantinya gaya ini berkembang
menjadi gaya sloganis)
8.gaya ironi dan sinisme menonjol

Ciri angkatan 45 ekstra estetik

1.individualisme menonjol,dalam arti,kesadaran kepada keberadaan diri
terpancar dengan kuat dalam sajak periode ini
2. sajak mengekspresikan kehidupan bathin/kejiwaan manusia lewat
peneropongan bathin sendiri
3.sajak mengemukakan masalah kemanusiaan umum (humanisme
universal)dengan jelas,seperti tentang kesengsaraan hidup,HAM.
4.masalah kemasyarakatanmenonjol;di kemukakan kepincangan dalam
masyarakat,seperti gambaran perbedaan mencolok antara golongan kaya
dan miskin.
5.filsafat eksistensialisme mulai di kenal,lebih-lebih tampak dalam sajak-
sajak sesudahnya tahun50-an. Aspek-aspeknya tampak seperti paham
karpedien (memetik hari ini),hedonisme (kenikmatan hidup sebelum
mati),absurditas dan kefanaan hidup membuat hidup jadi sia-sia.

Ciri puisi periode 50-60-an

Struktur estetik

1.gaya epik (bercerita)berkembang dengan berkembangnya puisi
cerita/balada dengan gaya yang lebih sederhana,dibandingkan dengan
puisi lirik.
2.gaya mantra mulai tampak dalam balada-balada
3.gaya ulangan (paralelisme) mulai berkembang
4.gaya puisi liris pada umumnya masih meneruskan gaya angkatan 45
5. gaya slogan dan retorik makin berkembang

Ekstra estetik

1.ada gambaran muram karena sajak menggambarkan hidup penuh derita
2.sajak mengungkapkan masalah sosial;kemiskinan,pengangguran​,status
sosial dsb.
3.banyak di kemukakan cerita-cerita dan kepercayaan rakyat sebagai pokok
sajak balada

Ciri puisi periode 70-90-an

Stuktur estetik

1.puisi bergaya mantra,puisi menggunakan sarana kepuitisan
berupa,pengulangan kata,ulangan frase,ulangan kalimat (baris-baris)
paralel di kombinasikan dengan hiperbola dan enumerasi untuk
mendapat efek sebanyak-banyaknya. Di samping itu, di eksploitasi tipo
grafi sugestif. Juga di gunakan kata-kata nonsens secara linguistik tak
berarti,seperti satuan bunyi tak berarti,kata-kata di putus,di balik suku
katanya. Semuanya itu untuk mendapatkan makna baru (creating of
meaning)
2.di pergunakan kata-kata daerah secara mencolok untuk memberi warna
lokal dan ekspresivitas
3.mempergunakan asosiasi-asosiasi bunyi untuk mendapat makna baru
4.puisi-puisi imajisme mempergunakan teknik pengucapan tak langsung
berupa lukisan-lukisan,gambaran angan (Imajinasi),juga di pergunakan
cerita kiasan (alegori dan parabel)
5. gaya penulisan prosais,ini berhubungan dengan gaya imajisme.
6. puisi lugu mempergunakan teknik pengungkapan ide secara
polos,dengan kata-kata serebral,kalimat-kalimat polos dsb

Ekstra estetik

1.puisi mengemukakan kehidupan bathin religius yang cenderung mistik
dan sufistik
2.cerita,lukisan bersifat alegoris atau paralel
3.sajak menuntut hak asasi manusia;kebebasan,hidup merdeka,bebas dari
penindasan,pencemaran indrutri dan modernitas dsb.
4.mengemukakan kritik sosial atas wewenang terhadap kaum lemah dan
kritik penyelewengan-penyelewengan.

SIFAT ATAU CIRI-CIRI YANG MENUNJUKKAN UNIVERSALITAS ITU BERUPA GAYA BERCERITA,GAYA BAHASA,LATAR TEMPAT DAN SOSIAL BUDAYA!.

STANTON; unsur cerkan
1. tema
2. fakta cerita (alur,tokoh dan latar)
3. sarana sastra (pengisahan,gaya bahasa dan konflik)

ctt ; pusat pengisahan dengan teori Stukturalisme, prinsipnya,karya sastra
itu merupakan struktur yang unsur-unsurnya saling berhubungan
dengan erat dan tiap unsur itu hanya mempunyai makna dalam
kaitannya atau hubungannya dengan unsur lainnya dan
keseluruhannya.

Pusat pengisahan merupakan cara bercerita dari titik pandang mana atau siapa cerita itu di kisahkan. Ada beberapa sudut pandang dalam mengisahkan cerita itu, orang pertama,kedua dan ke tiga.

STUDY SASTRA MELIPUTI 3 BIDANG;
1. teori sastra
2. sejarah sastra
3. kritik sastra

karya sastra merupakan sebuah struktur yang kompleks,maka perlu adanya analisis,yaitu penguraian terhadap bagian-bagian.unsurnya. sesungguhanya analisis itu merupakan salah satu sarana penafsiran atau inter[prestasi. Biasanya struktur komplek itu berisi pemikiran-pemikiran yang rumit,struktur rumit,juga di tulis dengan bahasa rumit pula.

KRITIK SASTRA BERDASAR PENERAPANNYA ADA TIGA;
1. kritik induktif
kritik sastra yang menguraikan bagian/unsur berdasar fenomena yang ada secara obyktif.
2. kritik Judisial
kritik sastra berusaha menganalisa dan menerangkan efek karya sastra berdasar pokoknya,organisasinya,teknik dan gayanya. Kritik judisial juga berdasar pertimbangan kritikus atas dasar umum tentang kehebatan dan keluarbiasaan sastra.
3. kritik impresionistik (estetik)
kritik sastra yang berusaha dengan kata-kata menggambarkan sifat-sifat yang terasa dalam bagian khusus atau dalam sebuah karya sastra dan mengekspresikan tanggapan-tanggapan (impresi) kritikus yang di timbulkan secara langsung oleh karya sastra tersebut.

Kritik sastra zaman pujangga

1.kritik sastra prgmatik (Sutan takdir alisyahbana)
2. bersifat ekspresif (Sanusi pane)

SEBAIK-BAIKNYA PUJANGGA YANG DI BANDINGKAN ITU
SENDIRI YANG JADI UKURAN SEBAB IALAH YANG MENJADI
CERMIN MASYARAKAT DAN ZAMANNYA DAN LAGI PULA
INDIVIDUNYA TIADALAH TERSIA-SIA. YANG KITA UTAMAKAN
IALAH SAJAK PUJANGGA ITU BENAR-BENARKAH
MENYAKTAKAN SUKMANYA ITU DENGAN TEPAT!.

KONKRETISASI SASTRA

Karya sastra adalah artefak,benda mati,baru mempunyai makna dan
menjadi objek estetik bila di beri makna oleh arkeolog istilahnya. Istilah
konkretisasi yaitu naturalisasi,yakni usaha untuk mengembalikan yang
menyimpang kepada yang jelas. Konkretisasi sastra itu,makna sastra yang
sebelumnya tidak nampak menjadi makna.

BAHASA MERUPAKAN SISTEM SEMIOTIK (KETANDAAN)
TINGKAT PERTAMA,YANG SUDAH MEMILIKI ARTI (MEANING).
DALAM KARYA SASTRA ARTI BAHASA DITINGKATKAN
MENJADI MAKNA (SIGNIFICANCE) SEBAGAI SISTEM TANDA
TINGKAT KE DUA. ARTI MEANING MENJADI MAKNA INI DI
TENTUKAN OLEH KONVENSI SASTRA YANG DI SEBUT
KONVENSI TAMBAHAN,YAITU KONVENSI YANG DI
TAMBAHKAN KEPADA KONVENSI BAHASA SEBAGAI SISTEM
SEMIOTIK TINGKAT PERTAMA. JADI MAKNA SASTRA ITU
BUKAN SEMATA-MATA ARTI BAHASA,MELAINKAN ARTI
BAHASA MENDAPAT ARTI TAMBAHAN OLEH KONVENSI
TAMBAHAN ITU.

KARYA SASTRA LAHIR TANPA KEKOSONGAN BUDAYA
ARTINYA KARYA SASTRA ITU LAHIR DALAM KONTEKS
SEJARAH SOSIAL-BUDAYA SUATU BANGSA YANG DI
DALAMNYA SASTRAWAN/PENULISNYA MERUPAKAN SALAH
SEORANG ANGGOTA MASYARAKAT BANGSANYA.

CIRI PUISI LIRIS

Ciri formalnya, enjambement,sejak,metrum dan ulangan bunyi,membuat
efek puisi. Tiga konvensinya;
1. jarak dan deiksis
2. keseluruhan organik
3. tema dan perwujudan

Puisi berkembang terus dari konsep estetiknya dan evolusi seleranya,namun ada yang tetap bertahan,yaitu puisi menyatakan satu hal berarti yang lain atau puisi itu menyatakan sesuatu secara tidak langsung. Ketidak langsungan itu di sebabkan 3 faktor (Riffatere);
1.pergantian arti (displacing of meaning) oleh adanya metafora dan
metonimi.
2.penyimpangan arti (distorsing of meaning) oleh adanya
ambigiutas,kontradiksi dan nonsens.
3.penciptaan arti (creating of meaning) oleh adanya bentuk-bentuk visual
seperti tipografi,enjambement dan persejajaran baris (homologuest)

PENGARANG TIDAK BEGITU SAJA MENCIPTA,MELAINKAN IA MENERAPKAN KONVENSI-KONVENSI YANG SUDAH ADA.

TANDA; PENANDA DAN PETANDA

Semiotika adalah ilmu tanda-tanda. Tanda mempunyai dua aspek yaitu petanda (signifier) dan penanda (signified). Penanda adalah bentuk formalnya yang menandai sesuatu yang di sebut petanda,sedangkan petanda adalah sesuatu yang di tandai itu yaitu artinya.

Tanda itu tidak hanya satu macam,namun ada beberapa macam berdasarkan hubungan antara penanda dan patanda, jenis-jenis tanda yang utama;
1. ikon
ikon adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan yang bersifat ilmiah antara penanda dan petandanya. Hubungan itu adalah hubungan persamaan,misal gambar kuda sebagai penanda yang menandai kuda (petanda) sebagai artinya. Potret menandai orang yang di potret. Gambar pohon menandai pohon.
2.indeks
Indeks adalah tanda yang menunjukkan hubungan kausal (sebab akibat) antara penanda dan petandanya,misalnya asap menandai api,alat penanda angin menunjukkan arah angin.
2. simbol
simbol adalah tanda yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan alamiah antara penanda dan petandanya. Hubungannya bersifat abriter (semau-maunya). Arti tanda itu di tentukan oleh konvensi. Contoh ”ibu” simbol, konvensinya di tentukan masyarakat Indonesia. Motther,inggris, ia mere,perancis.

GENRE PUISI
1. puisi liris
2. syair
3. pantun
4. soneta
5. balada
6. prosais
7. dsb

genre puisi merupakan sistem satu-satuan tanda (yg minimal) seperti kosa kata ,bahasa kiasan; personifikasi,simile,metafora dan metomini. Tanda-tanda itu mempunyai makna berdasarkan konvensi-konvensi sastra. Konvensi puisi; konvensi kebahasaan, bahasa kiasan,sarana retorika,gaya bahasa. Selain itu,ada konvensi ambiguitas (makna ganda),kontradiksi dan nonsens.

Arti atau makna satuan itu tidak lepas dari konvensi-konvensi sastra pada umumnya atau pun konvensi-konvensi tanda sastra. Tanda-tanda itu mempunyai arti atau makna di sebabkan oleh konvensi-konvensi. Konvensi itu merupakan perjanjian masyarakat,baik masyarakat sastra,perjanjian itu perjanjian tak tertulis, di turunkan/di sampaikan turun temurun,bahkan kemudian menjadi hakekat sastra sendiri.

Karya sastra itu merupakan ekspresi tak langsung yaitu menyatakan pikiran dan gagasan secara tidak langsung. Ketidak langsungan itu menurut Riffaterre di sebabkan tiga hal;
1. penggantian arti (dis placing of meaning)
2. penyimpangan arti (distorsing of meaning)
3. penciptaan arti (creating of meaning)

ket;
1.penggantian arti disebabkan oleh penggunaan metafora dan metonimi dalam karya sastra. Metafora; bahasa kiasan yang mengumpamakan atau mengganti sesuatu hal dengan tidak mempergunakan kata pembanding,contoh bagai,bak,seperti dsb.
2.penyimpangan arti di sebabkan tiga hal
a. ambiguitas, (di sebabkan arti ganda,polyinterpretable) kegandaan arti itu dapat berupa kegandaan arti sebuah kata,frase atau kalimat.
b.kontradiktif (mengandung pertentangan di sebabkan oleh paradoks atau ironi. Ironi menyatakan sesuatu hal secara kebalikan,biasanya untuk mengejek atau menyindir suatu keadaan)
c. nonsens, kata-kata secara linguistik tidak memiliki arti sebab hanya memiliki bunyi,namun dalam puisi nonsens mempunyai makna yaitu arti sastra karena konvensi sastra konvensi mantra.
3.penciptaan arti, penciptaan arti inimerupakan konvensi kepuitisan yang berupa bentuk visual yang secara linguistik tidak mempunyai arti,tetapi menimbulkan makna dalam sajak. Jadi penciptaan arti ini merupakan organisasi teks di luar linguistik. Di anataranya pembaitan,enjambement,rima,tip​ografi dan homologues.

ANALISIS PUISI MODERN MENGGUNAKAN TEORI STUKTUR DAN SEMIOTIK, DI SAMPING TEORI ESTETIK RESEPSI DAN DEKONTRUKSI

Teori struktural
1.mimetik yang menganggab karya sastra tiruan alam
2.pendekatan pragmatik yang menganggab karya sastra itu alat untuk mencapai tujuan tertentu
3.pendekatan ekspresif yang menganggab karya sastra sebagai ekspresi perasaan,pikiran dan pengalaman.
4.pendekatan obyektif,karya sastra itu sebagai sesuatu yang otonom

KARYA SASTRA ITU HARUS MERUPAKAN STRUKTUR MAKNA ATAU STRUKTUR YANG BERMAKNA!.

Sajak itu adalah struktur yang merupakan susunan keseluruhan yang utuh,anatar bagian-bagiannya saling erat berhubungan. Tiap unsur dalam situasi tertentu tidak mempunyai arti dengan sendirinya,melainkan artinya di tentukan oleh hubungannnya dengan unsur-unsur lainnya yang terlibat dalam situasi itu. makna penuh suatu satuan atau pengalaman dapat di pahami hanya jika integrasi ke dalam struktur yang merupakan keseluruhan dalam satu-satuan itu.

Puisi adalah sistem semiotik tingkat ke dua yang mempergunakan sistem semiotik tingkat pertama yang berupa bahasa tertentu. Sistem tanda tingkat pertama itu di organisasikan sesuai dengan konvensi-konvensi tambahan yang memberi arti-arti dan efek-efek yang lain dari yang di miliki prosa. (bunyi kata juga dapat memperkuat makna, bila bunyi,pemilihan kata,frase,kalimat persamaan tersusun,maka semakin memperbesar jaringan efek puitisnya)

(PENGGANTIAN ARTI MAKSUDNYA TIDAK MENURUT ARTI SESUNGGUHNYA)

ALTENBERND; Metafora itu bahasa kiasan yang menyatakan sesuatu seharga dengan hal lain yang sesungguhnya tidak sama.

DALAM SAJAK MODERN BANYAK IRONI,YAITU SALAH SATU CARA MENYAMPAIKAN MAKSUS SECARA BERLAWANAN ATAU KEBALIKAN. IRONI INI MENARIK PERHATIAN DENGAN CARA MEMBUAT PEMBACA BERFIKIR

Prinsip intertekstualitas di kemukakan oleh Rifaterre dalam bukunya SEMIOTICS OF POETRY,sajak biasanya baru bermakna penuh dalam hubungannya dengan sajak lain,baik dalam hal persamaan atau pertentangannya. Sajak lain menjadi latar penciptaan sebuah sajak yang di sebut hipogram. Julia kristeva mengemukakan bahwa tiap teks itu merupakan mosaik kutipan-kutipan dan merupakan penyerapan dan transformasi teks-teks lain.

Chairil anwar,menggunakan gaya imagisme dalam sajaknya,yaitu gaya yang mengemukakan pengertian dengan citran-citraan,gambaran-gambar​an atau imajinasi-imajinasi. Sajaknya revolosiuner bentuk dan isi,meledak-ledak,melambung ke ketinggian,menggamangkan dan menerjunkan ke kedalaman menghimpit dan mengerikan. (berhasil mencipta suasana,gaya,ritme,tempo,nafas​/ruh,kepekatan,kelincahan/keli​aran baru)

YANG DI MAKSUD ESTETIKA RESEPSI ATAU ESTETIKA TANGGAPAN ADALAH ESTETIKA (ILMU KEINDAHAN) YANG DI DASARKAN PADA TANGGAPAN-TANGAAPAN ATAU RESEPSI-RESEPSI PEMBACA TERHADAP KARYA SASTRA.

Karya sastra itu merupakan penjelmaan ekspresi yang padat,maka hal-hal yang kecil-kecil tak di sebutkan,begitu juga hal-hal tak langsung berhubungan dengan cerita atau masalah,dengan demikian pembaca di harapkan mengisi kekosongan tersebut. Pernyataan Iser (segers,1980),makin banyak tempat-tempat terbuka atau tempat kosong itu,maka karya sastra makin bernilai,meski demikian,ada kekurangannya, di mana pembaca tak semuanya dapat mengisinya.

”KEKUATAN SEBUAH KARYA SASTRA TERGANTUNG PADA KWALITASNYA YANG DIKANDUNG SECARA POTENSIAL,KARYA INI BERUMUR PANJANG!”

CATATAN PENTING; SYARAT HASIL SASTRA YANG TINGGI NILAI SENINYA ADALAH HARUS BAIK ISI DAN BENTUKNYA,SEDERHANANYA,HARUS BAIK,INDAH,ESTETIK DAN MEMBAWA PANDANGAN HIDUP YANG MAJU!.

SEBUAH KARYA SASTRA HARUS MERUPAKAN ORKESTRASI SELALU MENYUARAKAN SUARA-SUARA BARU!

SASTRA YANG TIDAK MENYUARAKAN PEMBANGUNAN ATAU PENCERAHAN ADALAH SASTRA TIDAK ATAU KURANG BERNILAI!.

KARYA SASTRA SELALU MEMBERIKAN WAJAH YANG LAIN KEPADA PEMBACA,TERMASUK MAKNA SEMAKIN DI PERKAYA.


Tiada ulasan:

Catat Ulasan